Ikang Fawzi & Marissa Haque

Ikang Fawzi & Marissa Haque
kami Ingin Terus Merawat Kekompakan Suami & Istri: Marissa Haque & Ikang Fawzi

Senin, 27 Agustus 2012

Marissa Haque Fawzi: "Indonesia's Cinematic Art Stumble and Surge"


Indonesia's Cinematic Art Stumble and Surge
 
World Paper, New York, USA
June, 2001


By. Marissa Haque Fawzi
An Indonesia Actress, is in Residence at Ohio University

 
Indonesia as a country among many countries in the world, cannot escape of the effect of globalization. More specially, the Indonesia film industry is influenced and shaped by the cultures and trends of many other nations. This assimilation necessary and positive for progress and increased quality as long as an individual maintains his/ her own touch, so to speak. This process is guaranteed by the fact that our world grows smaller everyday and the boundaries that once existed are no more.

The father of Indonesia film, Mr. Haji Usmar Ismail, was the first Indonesia artist to graduate from the School of Film at the University of California Los Angles as early as the 1940s. Generations to follow in the 1970’s were strongly predisposed to Russian production style and technique with Indonesian graduate from Moscow University such as Syumandjaja and Amy Priono.

Many artists to follow, Producers and Directors are products of Indonesia education and training. Their work, also distinguished, is colored by local wit and wisdom. A result of their efforts has been “Edutainment” or educational entertainment for the Indonesian citizen.

The only trouble with this is seen in the extremely small ratio of these artists in relation to the population of Indonesia, which far exceeds 200 million. If the love of money is the root of all evil it has also been the demise of the film industry in Indonesia. Many Directors viewed the production of movies as a monetary printing press.

The typical Indonesian film left nothing for the viewing public; there was no moral message and no real meaning. By the end of 1980s the film industry has stagnated and come to screeching halt. The Indonesia government further stifled the industry’s creativity and quality, and the differences from one film to the next became almost impossible to discern. It was a frustrating time for the movie-going public and even exasperating for those production teams that sought to create.

In 1990s gave us Garin Nugroho. As a young man, he graduated from University of Indonesia with a degree in Law and attended Indonesia’s Institut Kesenian Jakarta (Indonesian Art Institute). Garin Nugroho was determined to create new standard, and in the mid-1990s he began work. Nugroho presented an Eastern European style of production. Many Indonesian viewers did not understand this style of production and found the storylines difficult to follow, but his works have been honored (and have placed) at almost every international film festivals in which those have appeared.

Toward the end of 1999, a group of young Indonesian film graduates that, to date, do not wish to be identified with other movie production teams, came together to produce. They represent the new techno generation, seeking something new and different from all who came before them, and it is known to Indonesians today as the movie Kuldesak. This independent production team used a grassroots style marketing strategy throughout production. The film smacks of Quentin Tarantino. The theme song from thia movie was also honored by MTV at the MTV awards 2000 in New York.

The year 2000 was phenomenon for Rivai Riza (Film Director), Mira Lesmana and Triawan Munaf (Co Producers) with their award-winning production Petualangan Sherina or the Adventures of Sherina. The British honored this production with the presentation of the British Chavening Award Scholarship to Riza. This is only logical because Riza finished his Master of Arts in screenwriting at a British Institution in 1999. Riza ia rich with British style.

What do we see in the future of the Indonesian film industry? What style do we hope will prevail? There are so many possibilities, but that which cannot be denied and is clear to even those who would close their eyes is that American films are shown on every channel of Indonesian television and fill Indonesian theatres. In this lies an undeniable answer.

We are also aware that American film is a collection of assimilations from across the world. Thus we come full circle of globalization and interdependent world in which we live. We will, each and every one of us, learn from all of those around us without exception, if we hope to progress. This is a continual process that will go on for as long as we breathe.

Marissa Haque Fawzi: "Indonesia's Cinematic Art Stumble and Surge"


Kamis, 23 Agustus 2012

Marissa Haque dari Dominika Dittwald: "We Learn Everything from Everybody" (Termasuk Metode Penelitian)

73f4ab76adc19934a270a9718bfc0140_marissa-grace-haque-fawzi-graduate-student-of-school-of-film-ohio-university-athens-ohio-2001_600x489



Sumber: http://dominikadanmarissa.blogdetik.com/2012/08/23/marissa-haque-dari-dominika-dittwald-learn-everything-from-everybody/

Pada saat kita di luar Indonesia, tentu setiap detik adalah saat memulung ilmu, benar yang dikatakan oleh karibku Dominika Dittwald bahwa we learn everything from everybody. Kesukaan kami dalam hal membaca memang klop satu sama lainnya.

Namun karena Bahasa Inggris adalah bahasa ibu dari Dominika (selain Perancis dan Polandia), maka saya selalu tertinggal dalam hal capaian jumlah buku yang telah habis kami baca setiap minggunya. Dan saya jadi hampir selalu mentraktirnya minum susu-coklat panas di cafetaria dekat kampus kami, karena hampir selalu kalah 'taruhan'. Kami memilih minum susu-coklat atau moccacino karena Dominika faham saya Muslimah dan tidak meminum alkohol (walau saat itu saya masih on-off-on-off pakai kerudung terutama pasca kejadian September 11).


Seingatku Dominika sering mengucap nama Sir Ken Robinson yang mengatakan: "... never confuse knowledge with common sense...". Robinson adalah seorang pendidik revolusioner yang mengatakan bahwa ada fakta yang menyebutkan (tahunnya saya lupa) bahwa 98% anak di Amerika Serikat lahir dengan kemampuan "divergent thinking." Dan hal itu membuat mereka 'tidak ada matinya' di dalam mencari solusi terhadap setiap permasalahan yang mereka hadapi!

Tak heran selama kami sekolah film di School of Film, Ohio University, Athens, USA kami selalu hampir setiap hari dicekoki kalimat "...there is no room for mistakes!" Knowledege comes but wisdonm lingers. Knowledge is power, the more you know, the more powerful you become. Uang, harta, dan jabatan dapat hilang, namun melalui ilmu Allah, nalar, kasih, dan kepedulian akan remain sustainable...insya Allah...

Di dalam Bahasa Latinnya kurang-lebih adalah begini: " Tamdiu discendum est, quamdlu vivas"... 

Bismillahirrahmannirrahiiim...

Marissa Haque dari Dominika Dittwald: "We Learn Everything from Everybody"

Rabu, 14 Maret 2012

Marissa Haque Muncul di "Ranking 1" Trans TV: Ikang Fawzi

Sumber:  http://ikangfawzi.blogdetik.com

Pagi-pagi jam weker di kamar berbunyi Icha mencium saya untuk membangunkan agar berjamaah sholat Subuh. Pagi ini dia memang agak terburu-buru karena harus shooting live acara di Tans TV bertajuk "Ranking 1." Pas banget! Icha (Marissa Haque) bini ana tercinta memang jiwanya sangat scholarly. All the best my Love...

16706e271a47079bab6f61202ed4047a_ikang-fawzi-marissa-haque-isabella-fawzi-di-house-of-raminten-yogyakarta-2011

Terimakasih semalam ditemani di studio mini milik kita dan memeberikan komentar positifnya. Semoga album re-mix kita disukai oleh masyarakat luas kelak. Our fans...our lovers... thank you all...


Marissa Haque Muncul di "Ranking 1" Trans TV: Ikang Fawzi

Rabu, 29 Februari 2012

"Kekuatan Riset Orang Indonesia yang Membuatku Bangga dan Bahagia": Marissa Haque Fawzi

Hokky Situngkir, pendiri dan peneliti Fe Institute (VIVA)


 "Terimakasih Banyak Mas Hokky Situngkir Saudaraku"

Sumber: http://www.swatt-online.com/2012/02/rasa-sayange-asli-indonesia/

“Rasa Sayange” Asli Indonesia

Published on February 22, 2012     Penulis : Idaulat  
Pada tanggal 2 Oktober 2007, Rais Yatim, Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia menantang pemerintah Indonesia untuk membuktikan bahwa lagu “Rasa Sayange” merupakan warisan asli budaya Indonesia. Pernyataan ini dilontarkan Yatim ketika menanggapi pernyataan sejumlah anggota DPR-RI bahwa lagu itu berasal dari Kepulauan Maluku.

Isu ini mengundang perhatian para peneliti di Bandung Fe Institute. Mereka kemudian mengembangkan metode fisika mekanika statistik seperti Zipf-Mandelbrot, koefesien girasi, koefesien spiral serta analisis entropi dan negentropi untuk mengeksplorasi lagu tradisional Indonesia. Hasil analisis ini lalu dikomposisi menggunakan pendekatan biologi evolusioner menjadi pohon filomemetika lagu tradisional Indonesia. Penelitian ini dapat melihat pola evolusi lagu tradisional Indonesia.

Dari riset ini terlihat bahwa secara struktur nada, durasi, kepadatan, dinamika, keragaman melodi dan tingkat kompleksitas lagu “Rasa Sayange” memiliki karakteristik yang secara relatif sangat dekat dengan lagu-lagu tradisional dari daerah Maluku lainnya. Karakteristik ini sangat berbeda dengan kelompok lagu dari Riau, yang dekat dengan karakteristik lagu tradisional Malaysia.

Dalam rilis yang dikirimkan Roland M. Dahlan, anggota Bandung Fe Institute yang juga bergerak di Gerakan Nasional Sejuta Daya Budaya, Selasa 21 Februari 2012, lagu “Rasa Sayange” menurut hasil riset mereka berada sangat jauh dari cabang pohon lagu-lagu Melayu. Penelitian ini membuktikan bahwa klaim Rais Yatim keliru dan Indonesia, secara saintifik, dapat membuktikan asal lagu “Rasa Sayange”.

Metode analisis ini telah diterapkan ke ratusan lagu tradisional Indonesia. Namun jumlah ini masih relatif sedikit, karena diduga ada ribuan lagu tradisional di Bumi Nusantara. ”Untuk itu, kami mengajak partisipasi publik untuk berkontribusi ke Gerakan Sejuta Data Budaya dengan mengirimkan data kebudayaan tradisional Indonesia ke situs www.budaya-indonesia.org,” ujar Roland.

“Gerakan ini tidak hanya menginventarisasi lagu tradisional, tetapi juga elemen motif kain, arsitektur, tarian, ornemen, pengobatan, naskah kuno, dan lain sebagainya. Upaya pendataan ini sangat penting guna menghindari klaim, dari pihak yang tidak bertanggungjawab, di masa yang akan datang.”

Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim juga telah mengakui bahwa “Rasa Sayange” merupakan lagu yang berasal dari Indonesia. “Sejak kecil saya memang diajarkan lagu ‘Rasa Sayange’ itu lagu asli Malaysia,” kata Anwar di acara peluncuran Forum Mufakat Nusantara di Jakarta, 12 Oktober 2010 lalu. |viva|

Tags:

"Marissa Haque Fawzi: Marissa Haque Fawzi: "Analisis Konten dalam Ilmu Hukum yang Dikuantifikasi Matematis"

Thursday, March 01, 2012 07:50 AM

Entertainment

Marissa Grace Haque Graduates with a Doctorate

Theresia Sufa, The Jakarta Post, Bogor | Wed, 02/29/2012 4:53 PM
Marissa Grace Haque. (Courtesy of the Bogor Institute of Agriculture)
Marissa Grace Haque. (Courtesy of the Bogor Institute of Agriculture)Celebrity Marissa Grace Haque graduated with a doctorate from the Bogor Institute of Agriculture’s (IPB) natural resource management and environment studies on Wednesday.

“I am majoring in environmental study focusing on illegal logging. The research was conducted in Riau because it is the sexiest region, geographically,” Marissa said after the graduation ceremony inside Grawida Hall at the Darmaga campus in Bogor.



When asked why she chose environmental studies, the wife of rock-star Ikang Fawzi said that it was because of her academic background in legal and business studies.

“My thesis statement was ‘crime is driven by economy, while the vehicle is politics’,” she said.

She also said that she would leave for East Timor on March 5 after being invited by the country’s agriculture and women’s empowerment ministries to commemorate World Women’s Day.

Marissa said that she would stay in East Timor for 10 days, while being involved in various discussions related to environmental and women’s empowerment issues.

“Environmental issues are very important because there are three things which can make human survive: water, air and food,” she said.

“These three things are getting reduced. Water sustainability is already damaged while food is getting scarcer due to the bigger population.” (nvn)

Source: http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/29/marissa-grace-haque-graduates-with-a-doctorate.html


"Marissa Haque Fawzi: REUNI dengan Teman-teman Program Doktor IPB (2012)"

Bogor, chikita fawzi, christine panjaitan, Ikang Fawzi Marissa Haque, IPB, isabella fawzi, kevin vierra, memes addie ms, PSL, rano karno, ratu atut chosiyah, The Jakarta Post, Theresia Sufa

Minggu, 08 Januari 2012

“Marissa Haque Fawzi: Terimakasih Mas Buni Yani @buniyani di Leiden, Belanda”


Just do the Best and Allah will do the Rest
Ketika kita di dzolimi oleh orang yang tidak dikenal, dan kita merasa fitnah yang dilontarkan itu keterlaluan kejinya, maka kita boleh meminta Allah Azza wa Jalla untuk menurunkan pertolongan-Nya melalui arah atau pintu yang tak terduga. Inilah yang terjadi ketika saya menangis di dada Ikang Fawzi suamiku tercinta atas fitnah di twitter.com yang dilontarkan oleh @deedeekartika trionya Memes addie MS dan Addie MS yang sering mengatakan bahwa “saya sakit dan segera cepat sembuh.” Dan hal tersebut selalu disebarkannya di twitter-nya atas nama @addiems. Sehingga terpkirkan oleh saya bahwa sayapun rasanya perlu suatu saat menceritakan siapa sebenarnya Addie MS, mengapa dia tidak suka sekolah, dan mengapa sejak dia baru menikah selalu menunjukkan ketidaksenangannya terhadap hobiku bersekolah!
Dee Kartika Djumadi Trionya Memes Addie MS Ternyata Bukan PhD dari Amsterdam Universiteit
Sebenarnya seluruh pemberkasan untuk penuntutan pidana pencemaran nama baik serta perbuatan tidak menyenangkan telah selesai kubuat. Memang terdengar sangat menyeramkan. Apalagi ditambah dengan ancaman hukuman dari UU ITE yang kami (saya dan tim pengacara) akumulasikan. Namun apakah proses hukum tersebut akan terus saya jalankan, tergantung kepada hasil pertemuan saya dengan Dekan FEMA IPB Dr. Arif Satria besok sore atau lusa sore di kantornya.

Terhadap kejahatan yang ditimpakan ke saya, alhamdulillah telah bantuan  Allah dari arah tak terduga. Seseorang di negeri Belanda yang bekerja sebagai periset atas nama @buniyani, tanpa diminta telah membuka kedok Dee Kartika Djumadi atas nama twitter @deedeekartika yang mengaku sebagai seorang PhD, ahli ekonomi makro, kader Partai Demokrat, dan pemilik perisahaan “Spin Doctor.”
Kedok yang berhasil diungkapkan oleh @buniyani atas dusta Dee Kartika Djumadi alias @deedeekartika adalah bahwa dia:
(1) tidak pernah lulus dari program doktor di Amsterdam Universiteit; (2) namanya tidak juga terdafar di sana; (3) patut diduga S2 dia dari FISIP UI jurusan Komunikasi juga bodong. Sehingga kita semua sekarang jadi tahu kapasitas Dee Kartika Djumadi atas nama twitter @deedeekartikaitu sesungguhnya bagaimana ya? Yah, kelasnya penipu barangkali ya?
Banyak Pendukung yang Baik Para Kekasih Allah
Semisal: @MarissaFHUFM, @MarissaFEBUGM, @ikangichalovers, dan lain sebagainya yang sesungguhnya baru saya kenal belakangan. Juga yang bernama Wendy, Vavai, Linda, Kirana, Petrus, Khaki, Buana, dan lainnya. Lihatlah semacam dukungan dan permintaan semacam di bawah ini:
Kakanda Buni Yani di Amsterdam, mohon kiranya dpt terus dipantau kebohongan utk & ya?

Ada juga Bang Vivayoga teman KAHMI dari PAN DPR RI, semisal:
Viva Yoga Mauladi
“Nama lengkapnya: Buni Yani Kartika..” hehe.. Pizz.. yang ngeledek menggabungkan nama Mas Buni Yani dengan Dee Kartika Djumadi.
Jadi sebenarnya siapasih si Dee Kartika Djumadi alias @deedeekartika? Baiknya barangkali kita simak hasil investigasi Mas Buni Yani dari Leiden, Belanda ya?, sebagai berikut:
Buni Yani

@ Deededeekartika adalah fellow PublicPolicyIns
Buni Yani

@
argumentasi yg lemah. kalau anda di politik mestinya anda bersih2 mulai dr hal2 kecil ini. jgn ada kebohongan.
Buni Yani

@
mari kita jaga ruang publik kita agar selalu melindungi kebenaran. kalau tak bergelar phd jangan ngaku2.
Buni Yani

@
mas, aku salut sama sampean membela teman, tapi monggo hati2 ya, mari kita sama2 cek. sy tetap respek sama anda.
Buni Yani

@
belum final kesimpulan kita apakah dia tdk tamat dari UvA karena sdg menunggu konfirmasi dari almamater
Buni Yani

@
apa sampean bisa lht nama dia?
Buni Yani

22. ttp utk mengetahui secara persis, kita harus menunggu konfirmasi secara resmi dari universiteit van amsterdam
Buni Yani

21. tak ada nama si tokoh dlm daftar dsertasi UvA ini
Buni Yani

20. jadi mari kita sama2 menjaga ruang publik kita agar tak dipenuhi kebohongan shg mutual trust society bisa kita bangun. SEKIAN.
Buni Yani

19. sekecil apa pun sumbangan kita kpd ruang publik indonesia, ini akan selalu menjadi sumbangan yg berharga
Buni Yani

18. ini juga akan membuat tokoh lain yg tak jujur akan berpikir 2x utk melakukan ketidakjujuran
Buni Yani

17. sikap demikian akan memberikan pembelajaran kpd kita semua agar tak 1 pun tokoh mengambil keuntungan dari kebohongan
Buni Yani

16. karenanya sejak awal kita harus memberlakukan sikap skeptis thd setiap klaim yg dibuat para tokoh yg mencurigakan
Buni Yani

15. kita tak ingin timbulnya social distrust gara2 banyaknya kebohongan publik yg dibuat pelaku politik, ekonomi, budaya
Buni Yani

14. kita harus bersama-sama menjaga agar kejujuran dikedepankan dlm setiap ruang ekonomi, politik+budaya indonesia
Buni Yani

13. dia mantan caleg salah satu parpol, tetapi dlm twitnya selalu bilang tak berafiliasi politik
Buni Yani

12. banyak kejanggalan mengenai tokoh kita ini yg perlu ditelusuri lebih jauh utk membuat ruang publik kita dipenuhi kejujuran
Buni Yani

11. siapa pemilik akun ? dari gaya bhs, sikap, dllnya, kelihatannya akun ini dimiliki oleh tokoh kita itu.
Buni Yani

10. lalu tiba2 saya dikirimi twit oleh yg merekomendasikan tokoh kita ini betul pengajar UI, tamat s1, s2, s3
Buni Yani

9. fakta ini membuat saya semakin curiga tokoh kita ini menggunakan gelar phd dlm namanya utk keuntungan pdhal tak bergelar
Buni Yani

8. utk ngeles, dia bilang sdg ada di breda, kembali ngecek weather forecast, ternyata di breda juga tak ada salju, yg ada hujan
Buni Yani

7. dlm twitnya kpd dia bilang sdg di amsterdam yg bersalju, di belanda tak ada turun salju, saya sejak okt di sini.
Buni Yani

6. bgm tdk curiga dia ke amsterdam th 2008, tetapi belum genap 3 th sdh phd, ini rasanya jarang terjadi. kita akan cek info ini.
Buni Yani

5. kabarnya bahkan tokoh kita ini tamat s2 kom ui saja tdk.
Buni Yani

4. karena tinggal di belanda sy diminta teman utk mengecek apa betul dia betul tamat amsterdam.
Buni Yani

3. karena agresivitas ini, publik jadi penasaran ingin tahu siapa sebetulnya si penyerang yg mengklaim alumni phd amsterdam ini.
Buni Yani

2. dia menyerang salah 1 politisi mantan artis yg kabarnya punya masalah dg studi doktoralnya di ipb.
»
Buni Yani

1. seseorang di twitter memakai gelar phd di web perusahaannya, mengklaim tamat ekonomi makro universiteit van amsterdam belanda

Saya Telah Lulus Program Doktor dari IPB
Berikut bukti kenanganku Marissa Haque Fawzi saat  lulus ujian Doktor dari IPB
http://youtu.be/nGwiM9AQQRQ
Semoga Addie MS dan Memes juga Deee Kartika djumadi legowo bahwa saya layak jadi Doktor dengan dignity dari salah satu respectable univeristy di Indonesia bernama IPB. Dan saya menyarankan agar mereka bertiga turut mencicipi nikmatnya menjadi mahasiswa atau mahasiswi di IPB, sebagai kampus menyenangkan dan gudang ilmu.

Apa Rasanya Addie MS dan Memes Punya Mitra Kerja Dee Kartika Djumadi ya?
Saya jadi ingat disaat Mas Adji Soetama dan Ikang Fawzi suamiku muncul di Metro TV untuk mengenang kepergiaan Mas Utha Likumahuwa dan mengumpulkan donasi untuk keluarganya, ternyata yang menjadi pimpinan pengumpulan dana adalah si Dee Kartika Djumadi. Lalu saya juga ingat ‘bisik-bisik’ diantara teman jurnalis infotainment, bahwa si ‘tokoh’ yang mengatasnamakan ketua pengumpulan dana itu mendapatkan dana besar dari Ketua Umum Partai demokrat bernama Bang Anas Urbaningrum sebesar Rp 100 juta,-. Karenanya Dee Kartika Djumadi bisa nyanyi trio bersama suamiku Ikang Fawzi dan Adjie Soetama. Gambarnya adalah sebagai berikut di bawah ini:
Karena fungsinya sebagai “kurir” dana sumbangan tersebut karenanya patut diduga dia dengan leluasa menempatkan dirinya dalam jajaran artis atau figur publik terkenal di Indonesia. Karena tak lama setelah aktivitas tersebut album Trio Memes Addie MS yang diproduseri oleh dekan FEMA IPB bernama Dr. arif Satria alias @arif_satria lalu muncul di pasaran.

Saya jujur terluka! Bahkan merasa terhina oleh komentar yang dilakukan oleh Dee kartika Djumadi dengan mengatasnnamakan Dekan FEMA IPB Dr. Arif Satria @arif_satria, sebagaimana yang saya lampirkan di bawah ini:

Saya yakin rasa terluka saya yang dalam berikut rasa pahit karena dihina dapat menjalar kepada para pembaca blog saya dimanapun anda berada. Lebih jauh, saya semakin terluka karena Addie MS suami Memes yang merupakan kawan SMA suamiku ikut-ikutan memberikan komentar tidak menyenangkan, sebagaimana saya tunjukkan di bawah ini:
Addie MS dari sejak lama memang merasa terganggu atas hobiku yang bertolakbelakang dengan dia. Selama masa perkawinan saya memang saya cuekkan karena memang nafsi-nafsi saja! Beda dunia dan ladang tempat mencari nafkah. Saya memang mulai merasa sangat terganggu dengan ‘hobi’ pamer payudara para artis penyanyi lawas Indonesia seangkatan saya. Dan kegusaran saya itu sering saya sampaikan ke Ikang Fawzi suami saya karena itu dunia nyanyi dia. Entah mungkin karena Ikang Fawzi suamiku tahu saya tidak suka dengan ‘gerakan jualan payudara’ para artis lawas dan ternyata dalam show “Odessey” Vina Panduwinata berpakaian seronok semacam yang saya gusarkan, lalu saya tidak diundang!

Yang parah adegan manggung Vina Panduwinata dengan payudara hanya 1/3 tertutup, pakai berpelukan dengan Ikang Fawzi suamiku! dengan adanya kejadian di atas panggung tersebut, membuat saya sempat mendiamkan suami untuk waktu yang lumayan lama! 

Rasa jijik dan terlukaku demikian dalam. Khususnya karena saya sangat-sangat kenal siapa dan bagaimana gaya bergaul Vina Panduwinata yang sangat “ramah” alias “rajin menjamah.”

Sehingga, bagaimana saya bisa dibilang sakit dan Addie MS yang normal? Padahal adegan di acara “Oddesey” itu dekat dengan saat dia mau pergi haji. Sesungguhnya saya tidak peduli, termasuk ketidakmampuan diamenasehati istrinyapun saya tidak perduli!

Rupanya saat berhaji itulah dia berkenalan dengan Dekan FEMA IPB @arif_satria seperti apa yang didapatkan di akun twitter-nya.

Addie MS dan Memes memang media darling, dan dia punya kawan media yang sering juga menyerang saya bernama Denny Sakrie. Lagi-lagi saya tidak kenal dia, sehingga komentar saya hanya pada beberapa gambar poster lama saya prosuksi Pak Raam Punjabi yang dia tayangkan di koleksi gambar twitter-nya. Tapi untuk apa coba Bang Denny sakrie melakukan semua itu terhadap saya? Bukankah anatar dia dan saya tidak ada urusannya? Saya akan up-load-kan foto Denny Sakrie dan Addie MS di lain waktu, Juga Dekan FEM IPB dan Addie MS saat berhaji tahun lalu. Ada apa dengan semua itu? Kenapa saya harus mereka korbankan? Siapa master-mind di belakang ini semua?

Sebenarnya saya salut dan bangga dengan apa yang sudah diraih Memes dan addie MS dan kedua putra mereka, dan berdoa semoga dalam waktu dekat kedua anak-anakku juga mampu memproduksi lagu dan musik seperti mereka. Jujur mereka berbakat dan produktif.  Sebagai yang pernah kenal dengan mereka saat masih kecil dulu, demi Allah saya turut bangga. Tapi dengan luka menganga di dadaku terkait dugaan kecemburuan mereka terhadap prestasi capaian akademikku, khususnya doktor dari IPB dengan dignity, kok rasanya  akan lamaaaa…. sekali baru akan sembuh.

Innalillahi wa innailaihi rojiuun... saya mencoba memaafkan mereka semua, walau hukum harus tetap dijalankan…

Mas Buni Yani saudaraku yang dirahmati Allah…may Allah bless you always my brother… Hati-hati di ranah orang, Belanda jauh, namun Allah Azza wa Jalla dekat ya Mas? Allahu Akbar!

Terimakasih banyak untuk semua investigasinya terhadap @deedeekartika alias Dee Kartika Djumadi sang PhD bodong dari Amsterdam Universiteit, Belanda,

“Marissa Haque Fawzi: Terimakasih Mas Buni Yani @buniyani di Leiden, Belanda”


Entri Populer

Pengikut